ANAK ANAK DALAM KELAMNYA KEHIDUPAN


Tak secuilpun tersirat dalam raut wajah kecil,
Duka atau lara…

Tak secuilpun tersirat dalam raut wajah kecil,
Penyesalan ataupun keluh kesah…

Tak secuilpun tersirat dalam raut wajah kecil,
Rengekan ataupun tangisan haru…

Tanpa ragu, dinyalakannya sebatang puntung.
Sebatang puntung yang dibuang orang….
Ditariknya dalam-dalam layaknya seorang perokok tua berpengalaman
Padahal umurnya belum genap 4 tahun.
Kejamnya dunia ini,kejamnya kehidupan ini.


Jika tak sanggup kau nafkahi,
Untuk apa kau hadirkan,
Dalam dunia penuh serigala dan pemangsa manusia ini..
Yang meremukan sendi maupun tulang-tulang kehidupan
Dalam angkara murka tamaknya manusia,akan harta
Dalam nafsu binatang dalam bersenggama,
Menghasilkan makhluk kecil tak berdosa,
Yang tak tahu harus berkata apa,
Menghadapi siapa aku, dan dimana ibu bapakku.

Akankah kamu diam,seribu bahasa…
Atau terus melahap harta negara,
Berjanji manis gombal semata,
Menciptakan ketidakadilan dan keangkara murka

Ini hanya sebuah contoh,
Dari kejamnya manusia rakus berlimang kuasa
Dalam seragam maupun dalam sandiwara
Membuang pandang menghimpum harta, harta, dan harta.
Sehingga korban berjatuhan dari rakyat jelata.

Sungguh hina…
Sungguh nista…
Jika berdiam tanpa ada kata…..

Untuk anak-anak terlantar diluar sana,
Yang terbuang dari kumpulan orang-orang berharta,
Tak beratap dan hanya beralas dunia
Yang tidur dalam dinginya tanah,….

Yang harus dewasa sebelum waktunya,
Karena ketidakadilan dimana-mana,...
Pendidikan yang dipilah-pilah…
Inikah sebuah bangsa merdeka?

Aku menangis dalam jeritan amarah
Karena hanya satu, dua, atau tiga,
Yang bisa kuselamatkan dalam keberadaanku….

Ulurkan tangan semua…
Untuk mereka anak-anak kecil tak berdosa,
Yang harus menikmati kesengsaraan,
Kekerasan dan kejamnya dunia
Pergaulan bebas dalam koridar malapetaka…

Raih tangan mungil mereka,…
Peluk erat dan hindarkan dinginnya malam untuk mereka,
Makhluk kecil tak berdosa,
Yang harus menghadapi kerasnya kehidupan dunia…
Dalam lautan manusia gila,…
Yang rakus harta dan sorga dunia…..


NARASI :
Sedih bercampur duka,
Melihat negeri kita yang katanya kaya, namun rakyat miskin mendominasi dimana-mana. Mereka tak hidup layaknya manusia. Bergaul dalam kebebasan yang kadang menghanyutkan mereka kelembah kejahatan ataupun tipu daya. Jika sudah begini, siapa yang patut disalahkan? Kemana semua pemuka agama? Yang getol menjadi selebrita. Kemana para penguasa, yang hanya bisa saling beradu kata, bahkan dalam media.

Ketika kita hidup dalam rumah yang berlantai keramik, mereka tinggal dikolong-kolong jembatan beralasakan tanah yang dingin untuk membaringkan tubuhnya. Ketika kita tidur dalam kamar ber AC yang begitu sejuk, mereka tidur hanya beralaskan kulit mereka semata. Inikah arti kemerdekaan dari sebuah negara yang berdaulat?

Kemana ksatria dan pahlawan itu menghilang? Sehingga bangsa ini menjadi tiarap? Meributkan idealisme tanpa perbuatan nyata. Sekalinya nyata, malahan terselip semua tujuan serigala berbulu domba. Kebaikan para petinggi dan selebrita, terjadi ketika hanya ON air dalam tayangan acara.

Ketika berkampanye, mencari kumpulan mereka yang terbuang.Meraih suara dari pelosok sampai daerah tertinggal. Namun setelahnya, kemana mereka pergi menghilang ?

SIBUK, TUGAS negara menunggu.
SIBUK,permintaan ceramah menumpuk.
SIBUK, mencari popularitas dan ketenaran.

Tidak semuanya mendung itu kelabu, dan pasti hujan. Namun kemana mereka yang hanya segelintir? Tentu saja tak kuat untuk melawan arus besar dalam aliran arus besar ketamakan dan angkara murka. APA YANG SUDAH KITA BERIKAN UNTUK NEGERA? Perkataan JFK itu sudah usang untuk bangsa ini. APAKAH YANG SUDAH NEGARA BERIKAN BUAT KITA?
Buat mereka rakyat miskin yang membutuhkan uluran tangan manusia mulia?

Apakah hanya janji manis semanis madu? Namun terbukti pahit sepahit empedu.
Apa tugas kita? Menjadi lilin lilin kecil yang bisa menerangi dunia, walau hanya dalam lingkup kecil disekitar lingkungan kita.Jika anda memutuskan untuk melakukankanya, maka rakyat jeata yang hidup daam kehinaan dunia, bisa terselamatkan oleh tangan-tangan mulia setiap kita. TAK USAH MENUNGGU NEGARA bergerak, atau para PEJABAT yang terhormat itu  berbuat. Cukup setiap kita, dengan keikhlasan saja yang memulai. Dari kita lah,…..semuanya bisa berubah. Karena bukankah untuk menjadi sukses atau besar, perlunya langkah pertama dalam setiap tindakan dalam hidup kita?




Mari kita mencoba…..
Semoga Tuhan menyertai setiap ketulusan dan keikhlasan kita untuk menjadi lilin bagi gelapnya dunia……memberikan secercah harapan bagi saudara-saudara kita, yang harus hidup dalam kekejaman dunia…

By smile
5 Juli 2012