Seseorang
dielukan begitu terhormat, sampai ketika meninggalpun, bukan hanya satu, dua
atau puluhan orang yang menangisi kepergiannya, namun berjuta orang menangisi
dan mendoakannya, sedangkan dilain pihak seorang lainnya dicibir penuh
kehinaan, beristri banyak, berprofesi sebagai paranormal alias dukun, hidup
dalam kemewahan, dalam kemabukan dan pesta pora. Apakah yang membuat semua hal
itu dapat terjadi? Tentu saja dari sikap dan juga perbuatan yang
mereka lakukan.
Ada pepatah mengatakan Gajah mati
meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang,sedangkan manusia mati
meninggalkan kebaikan karena perbuatannya semasa hidup.
Hidup
hanya sekali, maka kita perlu bijak untuk menjadi seperti apakah kita
seharusnya.Inginkah kita dikenang orang karena kebaikan, atau dikenal orang
karena kelaliman?
Kita tak
bisa terus menerus mengandalkan dan memanjakan hawa nafsu duniawi kita, karena
hidup di dunia hanyalah sementara, dan kita tak pernah tahu, apa yang akan
terjadi selanjutnya pada perjalanan hidup kita. Semuanya seperti misteri. Dalam
kehidupan, manusia mempunyai takdir dan nasib. Takdir Tuhan yang menentukan
sedangkan nasib, manusia yang merealisasikannya.
Belakangan
ini, banyak sekali pemberitaan yang mengulas secara terus menerus akan sesosok
pria tua, yang sudah sepuh, namun masih sangat berjiwa muda. Selain dari
beristri banyak, beliau juga dianggap sebagai seorang pria yang melaksannakan
ajaran sesat. Banyak rekan yang menjadi lawan, banyak kebobrokan yang
diceritakan, walaupun tentunya kita tidak tahu kebenarannya. Sebut saja namanya
Eyang kampret.Eyang yang tentunya sudah tua ini, menjadi pemberitaan hangat
dibanyak media, baik elektronik maupun cetak.
Yang jadi
pertanyaan, apakah benar beliau sesat, dan apakah benar beliau sakti? Jika
ya sesat, tentunya pada akhirnya nanti akan ketahuan juga karena serapat apapun
menutupi bangkai, pasti akan tercium juga.
Yang kedua, apakah benar beliau sakti? Sakti mandraguna,
dan punya banyak “piaraan”, yang akan selalu menjaganya?
Sebagai seorang beriman, tentunya kita harus tegas
mengatakan “TIDAK!”. Beliau bukanlah orang sakti seperti yang
digembar-gemborkan banyak orang. Bagaimana mungkin seorang yang tidak bisa
melakukan kesaktian apapun bisa menjadi eyang dukun? Eyang kampret?
Bagaimana mungkin orang yang sakti, namun hidupnya penuh
dengan keglamoran? Bukankah seperti banyak divisualisasikan, diimajinasikan,
bahwa orang – orang sakti tinggalnya dihutan atau digunung?
Jika kita tidak mendengarkan cerita orang mengenai
bagaimana orang-orang sakti tinggal dan bersosialisasi, mari kita gunakan
logika kita saja tentang bagaimana kehidupan mereka menurut penilaian kita?
Menurut hemat saya, Eyang kampret seperti ini tidaklah
sakti, dan tidak bisa ngapa-ngapain. Mengapa begitu? Karena dengan kesaktiannya
kenapa beliau tidak bisa membungkam semua rivalnya yang berteriak lantang
menentangnya sekarang?
Mengapa beliau tidak membungkam semua rival yang dengan
gamblang bicara dengan amat keras di media yang ditujukan kepada dirinya ?
Mengapa si eyang kampret ini diam seribu bahasa?
Karena memang, tentunya eyang ini tidak punya kesaktian
apapun juga. Eyang kampret ini tidak punya piaraan apa – apa (makhluk halus).
Eyang ini hanya orang yang pandai melihat celah untuk bisa memperkaya dirinya
dengan bertingkah seolah – olah sakti, dan punya bisikan dari eyang gaib, namun
sebenrnya tidak sama sekali. Seorang penipu akan terus menipu dan tak akan
berhenti sampai ketahuan, untuk itu yang namanya eyang kampret ini tentu akan
terus merealisasikan aktivitasnya sampai korban-korbannya menjadi sadar kalau
selama ini mereka sedang ditipu mentah-mentah.
Jika orang marah kepadanya karena telah merasa dirugikan
untuk sesuatu yang tidak bisa dibuktikan melalui jalur hukum, lalu usaha apa
yang dapat kita lakukan? Tentu saja tidak ada.
Karena eyang kampret ini memang seyogyanya tidak
melakukan apapun, karena beliau tidak sakti dan tidak mampu.Maka menurut hemat
saya selanjutnya, jika kita hendak mengatakan dirinya sesat adalah bukan karena
sesat ajaran agamanya, namun karena kemaksiatan dalam hidupnya melebihi rasa
taqwa yang dimilikinya.Hal itulah yang perlu kita luruskan sehingga seoang
manusia yang tersesat bisa kembali ke jalan yang benar.
Namun sekali lagi perlu dipertegas secara jelas, apakah
beliau memang sakti atau berlagak sakti? Sekali lagi jawabannya adalah tidak,
karena memang eyang kampret itu tidak sakti.
Tinggalkanlah saja si eyang karena dengan begitu,
niscaya, dengan sendirinya beliau akan menjadi miskin dan melarat, karena tidak
ada lagi yang menyumbangkan uangnya dengan Cuma-Cuma untuk semua kebohongan
yang eyang ini berikan kepada para pasiennya.
Sungguh amat menyedihkan, semakin tua seharusnya semakin
bijak, karena tentunya masa hidup seseorang yang sudah berusia lanjut akan
lebih sedikit daripada orang muda. Namun itulah manusia, yang kadang lebih
mendewakan hawa nafsu duniawinya ketimbang menahan diri dan hidup dalam
kebersihan secara rohani.
Sungguh, sejak masalah ini diberitakan dengan begitu
hangatnya, saya sama sekali tidak menganggap bahwa eyang kampret ini adalah
orang sakti.Jika eyang ini memang benar sakti, tentnya rivalnya, sudah mati dan
hilang dari muka bumi ini karena kesaktian eyang tersebut. Namun ada kesaktian
eyang ini yang harus saya akui,…yaitu,…UANG!. Dengan uanglah maka eyang kampret
ini bisa menyewa pengacara yang bisa mewakili setiap omongan yang hendak
disampaikannya dimuka publik. Tidak menyuruh pasukan jinnya untuk menggempur
musuh-musuhnya, namun memerintah para pengacaranya sebagai pembela yang akan
terus mendampinginya menghadapi musuh-musuh yang mengintainya.
Jika anda jeli dalam mengamati pemberitaan ini, maka anda
akan bisa menganalisa, bahwa eyang kampret ini, dari negeri antah berantah,
memang hanya seorang eyang tua yang suka wanita, suka maksiat dan suka pesta
pora, tak lebih, itu saja.
By smile
0Awesome Comments!